Perkembangan dan Sejarah Jalan

Assalamualaikum, Wr, Wb ,  Apa kabar kalian semua ? Mudah - mudahan kabar kalian semua selalu dalam keadaan sehat walafiat, aammiinn, pada kesempatan kali ini kami akan membahas kepada kalian semua tetang sejarah jalan.
Hmm, materi ini di dapat langsung dari Ebook yang sudah kita share ya kepada teman - teman sekalian. 

Sejarah jalan 

Jalan itu sudah ada sejak zaman terdahulu dari zaman manusia purba yang digunakan untuk berpindah tempat dan menelusuri hutan. Didalam perkembangannya, manusia dari zaman terdahulu hanya mengenal jalan yang dibuat dari tanah dan hanya dilalui oleh para pejalan kaki atau dengan menggunakan kuda. Dizaman modern dengan perkembangan transportasi yang semakin hari semakin maju, manusia membutuhkan jalan tidak hanya untuk dilalui oleh para pejalan kaki, akan tetapi juga dilalui oleh kendaraan roda dua atau empat. Diperkembangan selanjutnya manusia mampu jalan dengan perkerasan beton dan aspal.

Hendarsin (2000) menyebutkan kalau perkerasan jalan ialah serangkaian konstruksi yang dibangun di atas  lapisan tanah dasar untuk dapat menopang jalur lalu lintas. Perkerasan jalan memungkinkan permukaan jalan lebih awet dan tahan terhadap perubahan cuaca dibandingkan tanpa perkerasan. 

Sejarah perkerasan jalan pertama kali dijumpai disekitar tahun 4000 sebelum Masehi. Pada zaman keemasan Romawi itu, konsrtuksi perkerasan jalan berkembang dengan sangat pesat sekali. Saat itu mulai dibangun jalan-jalan yang terdiri atas beberapa lapisan perkerasan dan tidak hanya dibangun di dalam kota, tetapi juga dibuat dari kota yang satu ke kota yang lain. Tujuan dari pembuatan jalan raya itu selain untuk  meningkatkan perdagangan juga mempermudah dan mempercepat operasi militer ke daerah-daerah yang dijajahnya.
Keterangan: 
a = Lapisan dasar dari batu-batu besar 
b = Lapisan beton (semen Romawi) yang tebal c = Lapisan Kerikil 
d = Lapisan batu-batu kecil campur pasir 
e = Batu-batu tepi 
Keterangan: 
a = Lapisan dasar dari batu-batu besar 
b = Lapisan batu kricak campur pasir, semen merah, dan kapur 
c = Lapisan pasir campur tanah liat 
d = Lapisan penutup dari bungkah-bungkah batu alam yang berbentuk seperti batu merah 
e = Batu-batu tepi 
Keterangan: 
a = Lapisan dasar dari batu-batu besar 
b = Lapisan beton kasar 
c = Lapisan batu-batu kecil campur pasir 
d = Lapisan pasir campur kerikil 
e = Batu-batu tepi 

Pada permulaan jalan raya yang dibuat oleh para masyarakat Romawi tidak seberapa lebar, hanya berkisar 3-4 meter. Namun, pada tahun-tahun berikutnya bersamaan dengan perkembangan dan kemajuan dari perdagangan, jalan dibuat lebar yaitu berkisar 5-7 meter. Jalan ini diberi perkerasan yang jauh lebih tebal, lebih kokoh, dan juga lebih tahan lama. Orang Eropa menganggap jalan ini sebagai tipe purba (oertype) karena pada jalan raya ini ditempatkan bongkahan batu yang tebal dan dipasang sejajar satu sama lainnya pada jarak tertentu. Hal tersebut dimaksud untuk penghantar jalannya roda-roda dari kendaraan yang mengangkut alat perang. 

Pada tahun 476 Masehi, Kekaisaran Romawi Barat runtuh dan pecah menjadi beberapa negara-negara kecil. Sejak saat itu, jalan buatan orang-orang Romawi mengalami kerusakan karena tidak terpelihara.Tidak adanya perhatian terhadap pemeliharaan dan perbaikan-perbaikan jalan raya di Eropa Barat berlangsung sampai awal abad yang ke-18. Permulaan abad 18 di Perancis, seseorang bernama Tresaguet yang mempelajari permasalahan jalan raya dan dikembangkan berdasarkan landasan (basis) yang lebih ilmiah. Berkat Tresaguet, terbentuklah jalan kricak (steenslagwegen) yang memakai lapisan bawah (pondering) tersendiri. Prinsip konstruksi jalan-jalan seperti ini digunakan juga pada jalan raya yang dibuat di Prancis atas ide Tresaguet. Berdasarkan ide tersebut, digunakan selain untuk meningkatkan lalu lintas perdagangan yang sedang berkembang, juga untuk keperluan lau lintas tentara agar dengan mudah dan cepat pada saat perang. 

Pada tahun 1790, Telford membuat jalan raya menggunakan konstruksi pondamen pengerasan dari batu-batu besar. Kaisar Napoleon Bonaparte dari Perancis yang berkuasa dari tahun 1804-1815 membentuk  kementrian jalan dan jembatan (Departemen des Ponts et Chausses) yang tugasnya membuat rencana jalan raya secara besar-besaran, tidak hanya untuk Perancis, tetapi juga untuk daerah-daerah jajahannya. Sebagian dari rencana jaringan jalan raya itu dibuat pada saat pemerintahan kaisar dan selebihnya baru diselesaikan pada tahun-tahun berikutnya. Sebagian besar jalan yang dibuat adalah jalan kerikil dan sebagian kecil jalan batu klinker. 

Pada saat yang bersamaan, Indonesia menjadi jajahan Perancis  karena negara Belanda yang menjajah Indonesia pada waktu itu merupakan jajahan Perancis. Daendels dari Perancis  (1801-1811) membuat jalan raya dari Anyer di ujung barat pulau Jawa sampai Pasuruan di Jawa Timur. Jalan yang dibuat sebagai jalan kerikil dan jalan kricak. Pada tahun 1815, Mac Adam membuat jalan raya yang memakai pengerasan dari batu pecahan (kricak). 

Penemuan lokomotif uap oleh Stephenson di Inggris pada awal abad ke-19 terjadilah masa baru di bidang pembuatan jalan baja. Melalui jalan baja ini, barang-barang dalam jumlah besar dapat dipindahkan dengan cepat dari tempat yang satu ke tempat yang lain dengan jarak beratus-ratus kilometer setiap harinya. 

Adanya jalan baja menyebabkan mundurnya jalan raya karena kurang mendapat perhatian. Lalu lintas  barang untuk  jarak  jauh berpindah ke jalan baja sehingga jalan raya hanya berfungsi mengangkut barang ke atau dari stasiun kereta api. Keadaan ini berlangsung sampai ditemukan motor dan bensin pada akhirabad ke-19. Pada awal abad ke-20 ditemukan pula motor dan minyak kasar. Penerapan kedua jenis motor tersebut untuk menggerakkan kendaraan di jalan raya mulai zaman baru yang kedua kalinya. 

Zaman baru ini dinamakan zaman kendaraan bermotor dan jalan lalu lintas cepat (mobil). Kendaraan bermotor seperti truk gandeng, mobil tangki minyak, dan sebagainya dapat mengangkut barang-barang dalam jumlah besar dengan cepat dan melalui jarak beratus-ratus  kilometer. Seiring berkembangnya zaman baru, pembangunan jalan disesuaikan dengan kemajuan konstruksi kendaraan bermotor. Selain itu, kemajuan cepat teknik pabrikasi minyak bumi. Hasil pabrikasi minyak bumi yaitu aspal yang merupakan salah satu bahan penting untuk pembuatan jalan raya. 

Di Indonesia zaman kendaraan bermotor mulai pada tahun 1920-an (sesudah perang dunia ke satu pada tahun 1918). Pada awalnya, jumlah kendaraan bermotor sangat sedikit sehingga jalan yang diaspal juga sedikit. Meningkatnya jumlah kendaraan bermotor maka bertambah pula jalan-jalan yang diaspal. 
Jepang menjajah Indonesia dari tahun 1942-1945 hampir tidak  ada kendaraan bermotor. Pemerintah penjajahan Jepang kurang menaruh perhatian terhadap pentingnya jalan raya. Banyak jalan yang rusak karena kurang dipelihara dan jarang sekali diperbaiki. Bahan aspal pada saat itu juga tidak ada. 

Baru pada tahun 1949, Republik  Indonesia mendapatkan kemerdekaan penuh, de jure dan de facto. Sejak saat itu pula, pemerintah Indonesia meneruskan pekerjaan merehabilitasi jalan-jalan yang rusak. Jumlah kendaraan-kendaraan bermotordi Indonesia setiap tahun terus bertambah sehingga tidak hanya cukup memelihara dan memperbaiki jalan raya, tetapi perlu memperlebar, kadang dipindahkan, bahkan perlu membuat jalan baru yang lebar (highway bypass) agar dapat menyalurkan lalu lintas kendaraan bermotor dengan cepat dan aman. 

0 Comments